Breaking News

Translate

Jumat, 27 Maret 2015

Cara Manusia Beragama



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab dengan berkat rahmatNya kami mendapat ma’unah inayah dan ridhoNya sehingga kami dapat merangkai suatu makalah ini walau dengan  keterbatasan wawasan ilmu  kami mudah – mudahan ada manfaatnya.
Sholawat salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta ahlu baitnya juga para sahabatnya, Sang pemberi syafaat dan barokah pada umatnya.
Rangkaian makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Studi Islam yang dibimbing oleh Dra. Hj. Muqni’ah, M.Pd.I. Rangkaian makalah ini tidak hanya sekedar obsesi mencari nilai belaka, namun mudah-mudahan ada sisi positif yang bisa diambil. Namun karena keterbatasan wawasan ilmu kami, kami hanya bisa kemukakan secara garis besar atau sub pokok bahasannya saja. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, maka kritik saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan tulisan kami.
Akhirnya terlepas dari kekurangan–kekurangan dalam makalah ini, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat dan menjadi catatan amal berat kami di akhirat nanti. Amin Ya Robbal ‘Alamin………












BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pengantar Studi Islam (PSI) merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya mengkaji keislaman dengan wilayah telaah materi ajaran agama dan fenomena kehidupan beragama. Dalam Studi Islam, kajian yang dilakukan oleh umat muslim berbeda dengan kajian yang dilakukan oleh kalangan non muslim. Bagi umat muslim, Studi Islam berguna untuk memantapkan keimanan dan mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim hanya sekedar diskursus ilmiah, bahkan mungkin hanya mencari kelemahan umat islam.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian, tujuan dan kedudukan Pengantar Studi Islam?
2.    Apa Urgensi Studi Islam?
3.    Apa bentuk - bentuk agama dan bagaimana cara manusia beragama?
4.    Bagaimanakah perkembangan Studi Islam?

C.      Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian, tujuan dan kedudukan Pengantar
Studi Islam
2.    Untuk mengetahui urgensi Studi Islam
3.    Untuk mengetahui bentuk - bentuk agama dan cara manusia beragama
4.    Untuk mengetahui perkembangan Studi Islam

D.    Manfaat
1.    Dapat mengetahui pengertian, tujuan serta kedudukan dari pengantar
Studi Islam
2.    Dapat mengetahui urgensi Studi Islam
3.    Dapat mempelajari bentuk-bentuk agama dan cara manusia beragama
4.    Dapat mengetahui perkembangan Studi Islam dari masa ke masa



BAB II
PEMBAHASAN

Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada aspek-aspek budaya yang dipelajari oleh para ilmuan sosial. Dengan pengertian dasar seperti ini maka agama hadir membawa misi utama untuk menagatur kehidupan umat manusia sehingga kehidupan mereka kelak mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi mereka sendiri.
Islam sebagai agama tidak datang kedalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah syarat dengan keyakinan, tradisi dan praktek-praktek kehidupan. Masyarakat saat itu bukan ukuran moralitas tertentu, namun sebaliknya secara utuh mereka memiliki standar nilai dan moralitas yang tinggi. Akan tetapi, moralitas dan standar nilai tersebut pada beberapa tataran dianggap telah mengalami penyimpangan (deviasi) dan perlu diluruskan oleh moralitas tertentu. Dalam konteks masyarakat yang seperti ini islam datang memberikan koreksi dan perbaikan terhadap praktek-praktek, nilai-nilai dan moralitas mereka.

A.   Pengertian, tujuan dan kedudukan Pengantar Studi Islam
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Secara harfiah dapat diartikan sebagai kajian-kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Sedangkan secara istilah studi islam merupakan cabang ilmu yang membahas tentang kaijian-kajian yang disusun secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memahami dan menganalisis secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama islam, pokok-pokok ajaran islam, sejarah islam maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan. Secara teoritas, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan Tuhan kepada manusia melalui Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi saja melainkan mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber-sumber ajaran Islam yang merupakan bagian pilar penting kajian Islam dan paradigma keislaman tidak keluar dari sumber asli yaitu Al-Qur’an dan Hadits.[1]
Berpijak pada arti islam diatas, maka studi islam di arahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada tiga hal:
Pertama, Islam yang bermuara pada ketundukan atau berserah diri, yaitu pengakuan yang tulus bahwa tuhan satu-satunya sumber kehidupan yang serba mutlak.
Kedua, Islam dapat dimaknai pada sesuatu yang mengarah kepada keselamatan dunia akhirat. Mengapa demikian? Karena ajaran islam pada hakekatnya membina dan membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan.
Ketiga, Islam bermuara pada kedamaian.
Dari tiga dimensi arti diatas, studi islam mencerminkan gagasan tentang pemikiran dan praksis yang bernuansa ketundukan pada tuhan, keselamatan dunia akhirat dan kehidupan yang damai. Dengan konotasi perdamaian dan keselamatan, kata Islam mengindikasikan bahwa agama Islam adalah agama yang bebas dari kekurangan dan kerusakan. Sebagai sebuah agama, Islam adalah sempurna karena agama ini dinobatkan oleh Allah SWT dan bukan diciptakan oleh manusia.[2] Dalam pengertian ini, studi islam mengarah pada pemaknaan humanistis yang bermuara pada hubungan horizontal dengan landasan keselamatan di dunia dan akhirat. Dengan demikian studi islam tidak hanya bermuara pada wacana pemikiran, tetapi juga pada praksis kehidupan yang berlandasan pada perilaku yang baik dan benar dalam kehidupan.
Studi Islam, sebagai usaha untuk mempelajari secara mendalam tentang Islam dan segala seluk-beluk yang berhubungan dengan agama Islam, sudah tentu mempunyai tujuan yang jelas. Sekaligus menunjukkan kemana studi Islam tersebut diarahkan. Dengan arah dan tujuan yang jelas itu, maka dengan sendirinya studi Islam akan merupakan uasha sadar dan tersusun secara sistematis.
Adapun arah dan tujuan studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
5.     Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya   (hakikat) agama Islam itu, dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan budaya manusia.
6.     Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran serta operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya
7.    Untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya.
8.    Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nili-nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Selanjutnya dengan tujuan-tujuan tersebut diharapkan agar studi Islam akan bermanfaat bagi peningkatan usaha pembaruan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam pada umumnya, dalam usaha transformasi kehidupan sosial buday sert agama umat Islam sekarang ini, menuju kehidupan sosial-budaya modern pada generasi-generasi mendatang, sehingga misi Islam sebagai rahmah lil ‘alamin dapat terwujud dalam kehidupan nyata di dunia global.
Seiring berkembangnya zaman, mempelajari metodologi studi Islam diharapkan dapat mengarahkan kita untuk untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran aiaran-ajaran Islam yang merupakan warisan doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah mandek serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sumber agama Islam yang asli, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mempelajari metodologi studi Islam juga diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi Muslim yang sejati yang mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era-globalisasi sekarang ini.
Maka dari itu kedudukan studi Islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin ilmu lain yang menyangkut tentang aspek Islam, karena studi Islam merupakan disiplin ilmu yang menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Oleh karenanya diharapkan mata kuliah ini harus ada dalam setiap studi ilmu khususnya di Indonesia.
Dengan mempelajari studi Islam, mahasiswa diharapkan mempunyai pegangan hidup yang pada akhirnya dapat menjadi muslim sejati.

B.  Urgensi Studi Islam
Manusia diciptakan ke dunia telah dibekali dengan seperangkat potensi untuk keberlangsungan hidup dan kehidupannya. Dalam perjalanan hidup dan kehidupannya, seorang manusia dituntut untuk selalu beraktivitas dan berkreatifitas dalam rangka memenuhi kebutuhannya di setiap saat. Kebutuhan paling asasi adalah terpenuhinya kebutuhan lahir dan bathin.
Dalam konteks Islam, untuk memahami agama ini bisa dilakukan penelitian atau studi dengan menggunakan dua metode. Pertama, mempelajari teks-teks Al-Quran yang merupakan himpunan dari ide output ilmiah. Kedua, mempelajari dinamika historis yang menjadi perwujudan dari ide-ide Islam tersebut, mulai dari permulaan misi Islam terutama pada masa Nabi Muhammad SAW hingga masa akhir-akhir ini. Masalahnya kemudian, kalau memang benar bahwa penelitian (studi) itu untuk mencari kebenaran, bukannya agama Islam memang merupakan agama yang benar? Jawabannya adalah memang benar. Sebuah penelitian memang dilakukan untuk mencari kebenaran dan agama itu sendiri merupakan kebenaran, baik sebagai sumber ataupun produk. Namun demikian, Islam yang telah mengalami proses dialogis dengan masyarakat tidak bisa dihindarkan dari munculnya beragam wajah sebagai gambarnya.
Atas dasar diatas, adalah sangat urgen diperolehnya pemahaman Islam secara utuh dan tidak distrotif. Argumentasinya adalah bahwa realitas perbedaan diatas bila tidak didekati secara tepat akan menimbulkan pemahaman yang pincang terhadap Islam karena Islam sebagai agama mempunyai normative dan historis. Oleh karena itu, memahami ide-ide Islam yang ada dalam Al-Quran sangat urgen sekali untuk dilakukan.

C.      Bentuk-bentuk agama dan bagaimana cara manusia beragama?
Dalam sudut kajian teologis, para agamawan berpendapat bahwa berdasarkan asal usulnya seluruh agama yang dianut manusia dapat dikelompokkan dalam dua kategori: Pertama, agama kebudayaan (cultural religions) atau disebut juga agama tabi’i atau agama ardli, yaitu agama yang bukan berasal dari Tuhan dengan jalan diwahyukan, tetapi merupakan hasil antropologis yang berbentuk adat istiadat dan selanjutnya melembaga dalam bentuk agama formal. Kedua, agama samawi atau agama wahyu (revealed religions), yaitu agama yang diwahyukan dari Tuhan melalui malaikat-Nya kemudian dilanjutkan kepada utusan-Nya yang dipilih dari kalangan manusia. Agama samawi disebut juga Dienul Haq atau Full Fledged, yaitu agama-agama yang mempunyai Nabi dan Rasul, Kitab Suci, dan mempunyai umat. Secara historis, penerapan agama wahyu ini dapat diberikan kepada agama yang mengajarkan wahyu, yaitu: Yahudi, Nasrani, dan Islam.[3]
Berbeda dengan para teolog, para ilmuwan antropologi budaya dan sosiologi agama, melalui keilmuan mereka (scientivic approach) membedakan agama yang ada di dunia ini menjadi dua kelompok besar, yaitu Spiritualisme dan Materialisme. Spiritualisme adalah agama penyembah sesuatu (zat) yang gaib yang tidak nampak secara lahiriah, yaitu sesuatu yang memang tidak dapat dilihat dan tidak dapat berbentuk. Agama ini terinci menjadi dua kelompok, yaitu: Agama Ketuhanan dan Agama Penyembah Roh. Agama Ketuhanan dibagi menjadi dua macam, yaitu: Monoteisme dan Politeisme. Sementara itu, Agama Penyembah Roh pun terbagi kedalam dua bentuk kepercayaan, yaitu: Animisme dan Dinamisme. Kemudian Dinamisme dibagi lagi menjadi dua macam, terdiri atas: Agama Penyembah Kekuatan Alam dan Agama Penyembah Binatang (Animal Worship). Sedangkan Materialisme adalah agama yang mendasarkan kepercayaannya terhadap tuhan yang dilambangkan dalam wujud benda-benda material, seperti patung manusia atau binatang dan berhala atau sesuatu yang dibangun dan dibuat untuk disembah.[4]
Kemudian manusia dalam praktek beragama dan keberagamannya berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan tingkat pengalaman keberagaman masing-masing pemeluknya. Ada beberapa cara yang perlu diketahui, yaitu:
1.    Cara Mistik. Dalam menghayati dan mengamalkan agamanya, sebagian manusia cenderung lebih menekankan pada pendekatan mistikal dari pendekatan yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan cara mistik adalah suatu cara beragama pengikut agama tertentu yang lebih menekankan pada aspek batiniah (esoterisme) dari agama yang mengabaikan aspek pengalaman formal, structural dan lahiriah (eksoterisme).
2.    Cara Penalaran, adalah cara beragama dengan menekankan pada aspek rasionalitas dari ajaran agama.
3.    Cara Amal Sholih. Cara ini lebih menekankan penghayatan dan pengalaman agama pada aspek peribadatan, baik ritual formal maupun aspek pelayanan sosial keagamaan.
4.     Cara Sinkretisme, Sinketrisme berasal dari bahasa Yunani, Synkretismos yang berarti penggabungan ajaran dan pengalaman agama yang berbeda satu sama lain. Cara Sinkretisme adalah cara-cara seseorang dalam menghayati dan mengamalkan agama dengan memilih-milih ajaran tertentu dari berbagai agama untuk dipraktekkan dalam kehidupan keagamaan diri sendiri atau untuk diajarkan kepada orang lain. Dalam prakteknya, cara beragama sinkretisme ini dapat terjadi pada bidang kepercayaan.[5]

D.      Bagaimanakah perkembangan Studi Islam?
Sebagai bagian dari kerangka peradaban Islam, penyelenggaraan Studi Islam pada masa klasik juga telah  mewarnai dinamika masyarakat, baik di dunia Islam sendiri maupun di dunia barat. Di dunia islam misalnya, pada saat Dinasti Abbasiyah (813-833) kegiatan studi Islam diselenggarakan dengan mengambil pusatnya di Baghdad. Kegiatan studi Islam tersebut dikukuhkan dengan cara didirikannya pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang bernama Bayt al-Hikmah yang didalamnya terdapat perpustakaan (penerjemahan karya-karya yunani kuno kedalam bahasa arab) dan lembaga pendidikan.
Dalam perjalanannya, studi Islam secara akademis menemukan pemantapannya sejak tahun 1950-an. Pada saat itu, mulai banyak ditawarkan studi-studi islam di berbagai universitas-universitas ternama di Amerika Serikat seperti di Harvard University, UCLA, Chicago University, Yale University dan sebagainya. Studi akademis Islam pada jaman itu tidak mempertanyakan keshahihan teks Al-Quran, melainkan bergerak mengkaji kebenaran atau ketepatan interprestasi ayat-ayat tertentu dari Al-Quran.
Istilah studi islam sendiri dalam kerangka akademis mulai terdistribusikan secara meluas melalui penggunaan islam sebagai sebuah spesifikasi utama atau titik sentral berbagai jurnal profesional dan jurusan dalam lembaga-lembaga akademik. Hal demikian dibuktikan dengan realitas bahwa studi islam di perguruan-perguruan tinggi di barat telah menjadi bagian penting dan terkait dengan program akademis mereka. Perguruan tinggi yang menempatkan Islam sebagai bagian dari studi kawasan dapat ditemukan pada hampir setiap universitas besar di Amerika Serikat, Australia, Eropa dan sebagainya. Sedangkan di negeri-negeri Islam seperti di Iran, India, Syiria, Damaskus dan sebagainya penempatan studi Islam secara organisatoris juga sangat variatif. Sementara itu, di Indonesia, seperti diketahui, terdapat lembaga khusus yang didirikan untuk mengembangkan keilmuan-keilmuan Islam, yakni berupa Institut Agama Islam (IAI) baik Negeri atau Swasta dan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) baik Negeri atau Swasta.


















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dengan mengacu pada rumusan masalah yang telah di bahas di muka, maka kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Secara harfiah dapat diartikan sebagai kajian-kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Sedangkan secara istilah studi islam merupakan cabang ilmu yang membahas tentang kaijian-kajian yang disusun secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memahami dan menganalisis secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan agama islam, pokok-pokok ajaran islam, sejarah islam maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.
Dalam sudut kajian teologis, para agamawan berpendapat bahwa berdasarkan asal usulnya seluruh agama yang dianut manusia dapat dikelompokkan dalam dua kategori: Pertama, agama kebudayaan (cultural religions) atau disebut juga agama tabi’i atau agama ardli. Kedua, agama samawi atau agama wahyu (revealed religions). Berbeda dengan para teolog, para ilmuwan antropologi budaya dan sosiologi agama, melalui keilmuan mereka (scientivic approach) membedakan agama yang ada di dunia ini menjadi dua kelompok besar, yaitu Spiritualisme dan Materialisme. Kemudian manusia dalam praktek beragama dan keberagamannya berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan tingkat pengalaman keberagaman masing-masing pemeluknya. Ada beberapa cara yang perlu diketahui, yaitu: Cara Mistik, Cara Penalaran Cara Amal Sholih dan Cara Sinkretisme.
Sedangkan dalam perkembangan studi Islam sendiri penyelenggaraan Studi Islam saat ini telah mewarnai dinamika masyarakat, baik di dunia islam sendiri maupun di dunia barat.

  1. Usulan dan Saran
Studi Islam mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibanding dengan mata kuliah lain, karena dalam Studi Islam, mahasiswa dapat belajar secara mendalam tentang dasar beragama dan dapat menjadikan pegangan dalam hidupnya. Juga sangat berguna bagi yang membutuhkannya sehingga nantinya akan menjadi sebuah amal jariyah apabila dapat mengamalkannya dengan baik. Harapan kami, sebagai sekolah tinggi yang mempunyai visi menjadikan insan yang profesional dan berakhlaqul karimah harus dapat menjadikan studi Islam sebagai pedoman untuk para mahasiswa dalam mempelajarinya. Mengingat mempelajari metodologi studi Islam dapat membantu para mahasiswa untuk menghadapi tantangan serta tuntutan zaman yang semakin hari semakin canggih.
Kami yakin bahwa tulisan kami ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan tulisan/tugas makalah ini.
























DAFTAR PUSTAKA

1.    Muniron, Syamsun Ni’am, Ahidul Asror. Studi Islam di Perguruan Tinggi. Jember: STAIN Jember Press, 2010
2.    Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta:
UI Press, 2008.
3.    Al Qazwini, Moustafa. Panggilan Islam. Jakarta: Pustaka Zahra, 2003




[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I (Jakarta, UI Press, 2008), h. 17
[2] Moustafa Al Qazwini, Panggilan Islam (Jakarta, Pustaka Zahra, 2003), h. 13
[3] Dr. Muniron dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi (Jember, STAIN Jember Press, 2010), h. 15
[4] Dr. Muniron dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi (Jember, STAIN Jember Press, 2010), h. 16

[5] Dr. Muniron dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi (Jember, STAIN Jember Press, 2010), h. 21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Designed By