KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab dengan berkat rahmatNya kami mendapat
ma’unah inayah dan ridhoNya sehingga kami dapat merangkai suatu makalah ini
walau dengan keterbatasan wawasan
ilmu kami mudah – mudahan ada
manfaatnya.
Sholawat salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
ahlu baitnya juga para sahabatnya, Sang pemberi syafaat dan barokah pada
umatnya.
Rangkaian makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Studi Islam yang
dibimbing oleh Dra. Hj. Muqni’ah, M.Pd.I. Rangkaian makalah ini tidak hanya
sekedar obsesi mencari nilai belaka, namun mudah-mudahan ada sisi positif yang
bisa diambil. Namun karena keterbatasan wawasan ilmu kami, kami hanya bisa
kemukakan secara garis besar atau sub pokok bahasannya saja. Oleh karena itu
dengan kerendahan hati, maka kritik saran yang membangun sangat kami harapkan
untuk perbaikan dan penyempurnaan tulisan kami.
Akhirnya terlepas dari
kekurangan–kekurangan dalam makalah ini, kami berharap semoga makalah ini
bermanfaat dan menjadi catatan amal berat kami di akhirat nanti. Amin Ya Robbal
‘Alamin………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengantar Studi Islam (PSI)
merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya mengkaji keislaman dengan wilayah
telaah materi ajaran agama dan fenomena kehidupan beragama. Dalam Studi Islam,
kajian yang dilakukan oleh umat muslim berbeda dengan kajian yang dilakukan
oleh kalangan non muslim. Bagi umat muslim, Studi Islam berguna untuk
memantapkan keimanan dan mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non muslim
hanya sekedar diskursus ilmiah, bahkan mungkin hanya mencari kelemahan umat
islam.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian,
tujuan dan kedudukan Pengantar Studi Islam?
2.
Apa
Urgensi Studi Islam?
3.
Apa bentuk
- bentuk agama dan bagaimana cara manusia beragama?
4.
Bagaimanakah
perkembangan Studi Islam?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian, tujuan dan kedudukan Pengantar
Studi Islam
2.
Untuk
mengetahui urgensi Studi Islam
3.
Untuk mengetahui
bentuk - bentuk agama dan cara manusia beragama
4.
Untuk
mengetahui perkembangan Studi Islam
D. Manfaat
1.
Dapat
mengetahui pengertian, tujuan serta kedudukan dari pengantar
Studi Islam
2.
Dapat
mengetahui urgensi Studi Islam
3.
Dapat
mempelajari bentuk-bentuk agama dan cara manusia beragama
4.
Dapat
mengetahui perkembangan Studi Islam dari masa ke masa
BAB II
PEMBAHASAN
Agama merupakan salah satu
aspek yang paling penting dari pada aspek-aspek budaya yang dipelajari oleh
para ilmuan sosial. Dengan pengertian dasar seperti ini maka agama hadir
membawa misi utama untuk menagatur kehidupan umat manusia sehingga kehidupan
mereka kelak mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi mereka sendiri.
Islam sebagai agama tidak
datang kedalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu
masyarakat yang sudah syarat dengan keyakinan, tradisi dan praktek-praktek
kehidupan. Masyarakat saat itu bukan ukuran moralitas tertentu, namun sebaliknya
secara utuh mereka memiliki standar nilai dan moralitas yang tinggi. Akan
tetapi, moralitas dan standar nilai tersebut pada beberapa tataran dianggap
telah mengalami penyimpangan (deviasi) dan perlu diluruskan oleh moralitas
tertentu. Dalam konteks masyarakat yang seperti ini islam datang memberikan
koreksi dan perbaikan terhadap praktek-praktek, nilai-nilai dan moralitas mereka.
A. Pengertian,
tujuan dan kedudukan Pengantar Studi Islam
Studi Islam secara
etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah.
Secara harfiah dapat diartikan sebagai kajian-kajian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan keislaman. Sedangkan secara istilah studi islam merupakan cabang
ilmu yang membahas tentang kaijian-kajian yang disusun secara sistematis dan
terpadu untuk mengetahui, memahami dan menganalisis secara mendalam tentang
hal-hal yang berkaitan dengan agama islam, pokok-pokok ajaran islam, sejarah
islam maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan. Secara teoritas, Islam
adalah agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan Tuhan kepada manusia melalui
Muhammad sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya
mengenai satu segi saja melainkan mengenai berbagai segi dari kehidupan
manusia. Sumber-sumber ajaran Islam yang merupakan bagian pilar penting kajian
Islam dan paradigma keislaman tidak keluar dari sumber asli yaitu Al-Qur’an dan
Hadits.[1]
Berpijak pada arti islam diatas, maka studi
islam di arahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada tiga hal:
Pertama, Islam yang bermuara pada ketundukan atau berserah diri, yaitu
pengakuan yang tulus bahwa tuhan satu-satunya sumber kehidupan yang serba
mutlak.
Kedua, Islam dapat dimaknai pada sesuatu yang mengarah kepada keselamatan
dunia akhirat. Mengapa demikian? Karena ajaran islam pada hakekatnya membina
dan membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan.
Ketiga, Islam bermuara pada kedamaian.
Dari tiga dimensi arti diatas, studi islam
mencerminkan gagasan tentang pemikiran dan praksis yang bernuansa ketundukan
pada tuhan, keselamatan dunia akhirat dan kehidupan yang damai. Dengan konotasi
perdamaian dan keselamatan, kata Islam mengindikasikan bahwa agama Islam adalah
agama yang bebas dari kekurangan dan kerusakan. Sebagai sebuah agama, Islam
adalah sempurna karena agama ini dinobatkan oleh Allah SWT dan bukan diciptakan
oleh manusia.[2] Dalam
pengertian ini, studi islam mengarah pada pemaknaan humanistis yang bermuara
pada hubungan horizontal dengan landasan keselamatan di dunia dan akhirat.
Dengan demikian studi islam tidak hanya bermuara pada wacana pemikiran, tetapi
juga pada praksis kehidupan yang berlandasan pada perilaku yang baik dan benar
dalam kehidupan.
Studi Islam, sebagai usaha
untuk mempelajari secara mendalam tentang Islam dan segala seluk-beluk yang
berhubungan dengan agama Islam, sudah tentu mempunyai tujuan yang jelas. Sekaligus
menunjukkan kemana studi Islam tersebut diarahkan. Dengan arah dan tujuan yang
jelas itu, maka dengan sendirinya studi Islam akan merupakan uasha sadar dan
tersusun secara sistematis.
Adapun arah dan tujuan
studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut:
5.
Untuk mempelajari secara mendalam tentang apa
sebenarnya (hakikat) agama Islam itu,
dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam kehidupan
budaya manusia.
6.
Untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok
isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran serta
operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban Islam
sepanjang sejarahnya
7.
Untuk
mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi
dan dinamis, dan bagaimana aktualisasinya.
8.
Untuk
mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nili-nilai dasar ajaran agama
Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing dan mengarahkan serta
mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
Selanjutnya dengan
tujuan-tujuan tersebut diharapkan agar studi Islam akan bermanfaat bagi
peningkatan usaha pembaruan dan pengembangan kurikulum pendidikan Islam pada
umumnya, dalam usaha transformasi kehidupan sosial buday sert agama umat Islam
sekarang ini, menuju kehidupan sosial-budaya modern pada generasi-generasi
mendatang, sehingga misi Islam sebagai rahmah lil ‘alamin dapat terwujud
dalam kehidupan nyata di dunia global.
Seiring berkembangnya
zaman, mempelajari metodologi studi Islam diharapkan dapat mengarahkan kita
untuk untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran aiaran-ajaran
Islam yang merupakan warisan doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah
mandek serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab
tantangan serta tuntutan zaman dan modernisasi dunia dengan tetap berpegang
terhadap sumber agama Islam yang asli, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Mempelajari metodologi studi Islam juga diharapkan mampu memberikan pedoman dan
pegangan hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi Muslim yang sejati yang mampu
menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era-globalisasi sekarang
ini.
Maka dari itu kedudukan
studi Islam sangatlah penting peranannya dari semua disiplin ilmu lain yang
menyangkut tentang aspek Islam, karena studi Islam merupakan disiplin ilmu yang
menerangkan dasar seseorang dalam beragama. Oleh karenanya diharapkan mata
kuliah ini harus ada dalam setiap studi ilmu khususnya di Indonesia.
Dengan mempelajari studi
Islam, mahasiswa diharapkan mempunyai pegangan hidup yang pada akhirnya dapat
menjadi muslim sejati.
B. Urgensi Studi Islam
Manusia diciptakan ke
dunia telah dibekali dengan seperangkat potensi untuk keberlangsungan hidup dan
kehidupannya. Dalam perjalanan hidup dan kehidupannya, seorang manusia dituntut
untuk selalu beraktivitas dan berkreatifitas dalam rangka memenuhi kebutuhannya
di setiap saat. Kebutuhan paling asasi adalah terpenuhinya kebutuhan lahir dan
bathin.
Dalam konteks Islam, untuk
memahami agama ini bisa dilakukan penelitian atau studi dengan menggunakan dua
metode. Pertama, mempelajari teks-teks Al-Quran yang merupakan himpunan
dari ide output ilmiah. Kedua, mempelajari dinamika historis yang
menjadi perwujudan dari ide-ide Islam tersebut, mulai dari permulaan misi Islam
terutama pada masa Nabi Muhammad SAW hingga masa akhir-akhir ini. Masalahnya
kemudian, kalau memang benar bahwa penelitian (studi) itu untuk mencari kebenaran,
bukannya agama Islam memang merupakan agama yang benar? Jawabannya adalah
memang benar. Sebuah penelitian memang dilakukan untuk mencari kebenaran dan
agama itu sendiri merupakan kebenaran, baik sebagai sumber ataupun produk.
Namun demikian, Islam yang telah mengalami proses dialogis dengan masyarakat
tidak bisa dihindarkan dari munculnya beragam wajah sebagai gambarnya.
Atas dasar diatas, adalah
sangat urgen diperolehnya pemahaman Islam secara utuh dan tidak distrotif.
Argumentasinya adalah bahwa realitas perbedaan diatas bila tidak didekati
secara tepat akan menimbulkan pemahaman yang pincang terhadap Islam karena
Islam sebagai agama mempunyai normative dan historis. Oleh karena itu, memahami
ide-ide Islam yang ada dalam Al-Quran sangat urgen sekali untuk dilakukan.
C.
Bentuk-bentuk
agama dan bagaimana cara manusia beragama?
Dalam sudut kajian teologis,
para agamawan berpendapat bahwa berdasarkan asal usulnya seluruh agama yang
dianut manusia dapat dikelompokkan dalam dua kategori: Pertama, agama
kebudayaan (cultural religions) atau disebut juga agama tabi’i
atau agama ardli, yaitu agama yang bukan berasal dari Tuhan dengan jalan
diwahyukan, tetapi merupakan hasil antropologis yang berbentuk adat istiadat
dan selanjutnya melembaga dalam bentuk agama formal. Kedua, agama samawi
atau agama wahyu (revealed religions), yaitu agama yang diwahyukan dari
Tuhan melalui malaikat-Nya kemudian dilanjutkan kepada utusan-Nya yang dipilih
dari kalangan manusia. Agama samawi disebut juga Dienul Haq atau Full
Fledged, yaitu agama-agama yang mempunyai Nabi dan Rasul, Kitab Suci, dan
mempunyai umat. Secara historis, penerapan agama wahyu ini dapat diberikan
kepada agama yang mengajarkan wahyu, yaitu: Yahudi, Nasrani, dan Islam.[3]
Berbeda dengan para teolog,
para ilmuwan antropologi budaya dan sosiologi agama, melalui keilmuan mereka (scientivic
approach) membedakan agama yang ada di dunia ini menjadi dua kelompok
besar, yaitu Spiritualisme dan Materialisme. Spiritualisme adalah
agama penyembah sesuatu (zat) yang gaib yang tidak nampak secara lahiriah,
yaitu sesuatu yang memang tidak dapat dilihat dan tidak dapat berbentuk. Agama
ini terinci menjadi dua kelompok, yaitu: Agama Ketuhanan dan Agama Penyembah
Roh. Agama Ketuhanan dibagi menjadi dua macam, yaitu: Monoteisme dan
Politeisme. Sementara itu, Agama Penyembah Roh pun terbagi kedalam dua bentuk
kepercayaan, yaitu: Animisme dan Dinamisme. Kemudian Dinamisme
dibagi lagi menjadi dua macam, terdiri atas: Agama Penyembah Kekuatan Alam dan Agama
Penyembah Binatang (Animal Worship). Sedangkan Materialisme
adalah agama yang mendasarkan kepercayaannya terhadap tuhan yang dilambangkan
dalam wujud benda-benda material, seperti patung manusia atau binatang dan
berhala atau sesuatu yang dibangun dan dibuat untuk disembah.[4]
Kemudian manusia dalam
praktek beragama dan keberagamannya berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini disesuaikan dengan tingkat pengalaman keberagaman
masing-masing pemeluknya. Ada
beberapa cara yang perlu diketahui, yaitu:
1.
Cara
Mistik. Dalam menghayati dan mengamalkan
agamanya, sebagian manusia cenderung lebih menekankan pada pendekatan mistikal
dari pendekatan yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan cara mistik adalah
suatu cara beragama pengikut agama tertentu yang lebih menekankan pada aspek
batiniah (esoterisme) dari agama yang mengabaikan aspek pengalaman
formal, structural dan lahiriah (eksoterisme).
2.
Cara
Penalaran, adalah cara beragama dengan
menekankan pada aspek rasionalitas dari ajaran agama.
3.
Cara
Amal Sholih. Cara ini lebih menekankan
penghayatan dan pengalaman agama pada aspek peribadatan, baik ritual formal
maupun aspek pelayanan sosial keagamaan.
4.
Cara
Sinkretisme, Sinketrisme
berasal dari bahasa Yunani, Synkretismos yang berarti penggabungan
ajaran dan pengalaman agama yang berbeda satu sama lain. Cara Sinkretisme
adalah cara-cara seseorang dalam menghayati dan mengamalkan agama dengan
memilih-milih ajaran tertentu dari berbagai agama untuk dipraktekkan dalam
kehidupan keagamaan diri sendiri atau untuk diajarkan kepada orang lain. Dalam
prakteknya, cara beragama sinkretisme ini dapat terjadi pada bidang
kepercayaan.[5]
D. Bagaimanakah perkembangan Studi Islam?
Sebagai bagian dari
kerangka peradaban Islam, penyelenggaraan Studi Islam pada masa klasik juga
telah mewarnai dinamika masyarakat, baik
di dunia Islam sendiri maupun di dunia barat. Di dunia islam misalnya, pada
saat Dinasti Abbasiyah (813-833) kegiatan studi Islam diselenggarakan dengan
mengambil pusatnya di Baghdad. Kegiatan studi Islam tersebut dikukuhkan dengan cara
didirikannya pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang bernama Bayt al-Hikmah
yang didalamnya terdapat perpustakaan (penerjemahan karya-karya yunani kuno
kedalam bahasa arab) dan lembaga pendidikan.
Dalam perjalanannya, studi
Islam secara akademis menemukan pemantapannya sejak tahun 1950-an. Pada saat
itu, mulai banyak ditawarkan studi-studi islam di berbagai universitas-universitas
ternama di Amerika Serikat seperti di Harvard University, UCLA, Chicago
University, Yale University dan sebagainya. Studi akademis Islam pada jaman itu
tidak mempertanyakan keshahihan teks Al-Quran, melainkan bergerak mengkaji
kebenaran atau ketepatan interprestasi ayat-ayat tertentu dari Al-Quran.
Istilah studi islam
sendiri dalam kerangka akademis mulai terdistribusikan secara meluas melalui
penggunaan islam sebagai sebuah spesifikasi utama atau titik sentral berbagai
jurnal profesional dan jurusan dalam lembaga-lembaga akademik. Hal demikian
dibuktikan dengan realitas bahwa studi islam di perguruan-perguruan tinggi di
barat telah menjadi bagian penting dan terkait dengan program akademis mereka.
Perguruan tinggi yang menempatkan Islam sebagai bagian dari studi kawasan dapat
ditemukan pada hampir setiap universitas besar di Amerika Serikat, Australia,
Eropa dan sebagainya. Sedangkan di negeri-negeri Islam seperti di Iran, India,
Syiria, Damaskus dan sebagainya penempatan studi Islam secara organisatoris
juga sangat variatif. Sementara itu, di Indonesia, seperti diketahui, terdapat
lembaga khusus yang didirikan untuk mengembangkan keilmuan-keilmuan Islam,
yakni berupa Institut Agama Islam (IAI) baik Negeri atau Swasta dan Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI) baik Negeri atau Swasta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mengacu pada rumusan masalah yang
telah di bahas di muka, maka kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Studi Islam secara etimologis merupakan
terjemahan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Secara harfiah
dapat diartikan sebagai kajian-kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keislaman. Sedangkan secara istilah studi islam merupakan cabang ilmu yang
membahas tentang kaijian-kajian yang disusun secara sistematis dan terpadu
untuk mengetahui, memahami dan menganalisis secara mendalam tentang hal-hal
yang berkaitan dengan agama islam, pokok-pokok ajaran islam, sejarah islam
maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.
Dalam sudut kajian teologis, para agamawan
berpendapat bahwa berdasarkan asal usulnya seluruh agama yang dianut manusia
dapat dikelompokkan dalam dua kategori: Pertama, agama kebudayaan (cultural
religions) atau disebut juga agama tabi’i atau agama ardli. Kedua,
agama samawi atau agama wahyu (revealed religions). Berbeda dengan para teolog,
para ilmuwan antropologi budaya dan sosiologi agama, melalui keilmuan mereka (scientivic
approach) membedakan agama yang ada di dunia ini menjadi dua kelompok
besar, yaitu Spiritualisme dan Materialisme. Kemudian manusia
dalam praktek beragama dan keberagamannya berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini disesuaikan dengan tingkat pengalaman keberagaman
masing-masing pemeluknya. Ada beberapa cara yang perlu diketahui, yaitu: Cara
Mistik, Cara Penalaran Cara Amal Sholih dan Cara Sinkretisme.
Sedangkan dalam perkembangan studi Islam
sendiri penyelenggaraan Studi Islam saat ini telah mewarnai dinamika
masyarakat, baik di dunia islam sendiri maupun di dunia barat.
- Usulan dan Saran
Studi Islam mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dibanding dengan mata kuliah lain, karena dalam Studi Islam, mahasiswa
dapat belajar secara mendalam tentang dasar beragama dan dapat menjadikan
pegangan dalam hidupnya. Juga sangat berguna bagi yang membutuhkannya sehingga
nantinya akan menjadi sebuah amal jariyah apabila dapat mengamalkannya dengan
baik. Harapan kami, sebagai sekolah tinggi yang mempunyai visi menjadikan insan
yang profesional dan berakhlaqul karimah harus dapat menjadikan studi Islam
sebagai pedoman untuk para mahasiswa dalam mempelajarinya. Mengingat
mempelajari metodologi studi Islam dapat membantu para mahasiswa untuk
menghadapi tantangan serta tuntutan zaman yang semakin hari semakin canggih.
Kami yakin bahwa tulisan
kami ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saran dan kritik dari
pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan tulisan/tugas makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muniron, Syamsun Ni’am, Ahidul Asror. Studi
Islam di Perguruan Tinggi. Jember: STAIN Jember Press, 2010
2. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari
Berbagai Aspeknya. Jilid I. Jakarta:
UI
Press, 2008.
3. Al Qazwini, Moustafa. Panggilan Islam.
Jakarta: Pustaka Zahra, 2003
[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid
I (Jakarta, UI Press, 2008), h. 17
[2] Moustafa Al Qazwini, Panggilan Islam (Jakarta, Pustaka
Zahra, 2003), h. 13
[3] Dr. Muniron dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi (Jember,
STAIN Jember Press, 2010), h. 15
[4] Dr. Muniron dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi (Jember,
STAIN Jember Press, 2010), h. 16
[5] Dr. Muniron dkk, Studi Islam di Perguruan Tinggi (Jember,
STAIN Jember Press, 2010), h. 21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar